Blue Fire Pointer

Rabu, 29 Juni 2016

Jika Kamu Menganggap IPK Tinggi Adalah Segalanya, Ingat 15 Hal Ini !


Saat yudisium tiba, tidak ada yang lebih penting bagi mahasiswa selain nilai. Setiap mahasiswa pasti penasaran dengan Indeks Prestasi Komulatif yang diperolehnya. Perasaan senang datang jika IPK kita "cum laude". Dengan gaya yang sok rendah hati yang dibuat-buat, kita memposting nilai tersebut ke jejaring sosial. Tapi sebaliknya, jika IPK kita rendah, dengan nada tegar yang dibuat-buat kita berkata "IPK bukan segalanya". Nah bagi kamu yang menganggap IPK kamu tinggi, sebaiknya renungkan 15 hal ini.

1. Bagaimana IPK Dibuat?
Idealnya, bagaimana dosen memunculkan angka antara 0 sampai 4 itu di kartu hasil studimu? Secara normatif, skala 0 sampai 4 pada IPK adalah akumulasi penilaian kuantitatif dari nilai tugas, nilai ujian tengah semester, dan ujian akhir semester. Ketiga komponen tersebut dijumlahkan dengan rasio bobot tertentu. Tapi, apakah penghitungan itu dilakukan secara ketat dan jujur? Hanya Tuhan dan dosen yang tahu.

2. Mengapa Universitas Perlu Membuat IPK?
Universitas juga membuat IPK tidak asal menilai, melainkan sebagai alat ukur. Alat ukur biasanya menghasilkan angka atau tanda lain yang kemudian dibaca untuk mengetahui kondisi aktual. Dalam hal lain, kondisi yang ingin diketahui adalah perkembangan performa akademik mahasiswa.

3. Mengapa Di Dunia Ini Harus Ada IPK?
Para pemikir zaman dulu percaya bahwa realitas hanya sesuatu yang dapat dilihat, diamati dan diukur. Diluar itu hanyalah sebagai ilusi dan omong kosong. Mereka percaya kemampuan, pemahaman dan penghayatan mahasiswa terhadap sebuah konsep juga harus terukur. Keyakinan semacam inilah yang mendorong dosen membuat alat ukur dengan berbagai alat tes. Dulu orang percaya soal pilihan ganda cukup akurat. Belakangan, orang yakin soal pilihan ganda adalah kekonyolan dan harus ditinggalkan. Untuk menggantikan itu, dosen membuat alat ukur lain, seperti tes ujian lisan, menulis makalah dan lain sebagainya.

4. Apakah IPK Cukup Akurat Untuk Menilai Prestasi Mahasiswa?
Tentu tidak, tergantung dari melalui aspek apa prestasi mahasiswa dapat dilihat. Mungkin jika digunakan untuk mengukur aspek kognitif, tes-tes tertulis mungkin cukup memadai. Tapi, tes-tes semacam itu tidak bisa membaca aspek-aspek kemanusiaan lain, misalnya keyakinan, penghayatan dan pengalaman. padahal ketiga aspek tersebut merupakan 3 hal penting dalam pendidikan.

5. Benarkah Orangtua Kita Senang Dengan IPK Tinggi?
Tentu saja, orangtua mana yang tidak senang dengan anaknya yang mendapat nilai tinggi. Beberapa orangtua senang dengan anaknya yang mendapat IPK tinggi hanya untuk diobrolkan di kantor, dan diperbincangkan dengan temannya. Tapi adapula orangtua yang biasa-biasa saja dan tidak mau ambil pusing dengan IPK anaknya. Yang terpenting adalah asalkan anaknya bahagia, mereka pun akan bahagia.

6. Jika IPK Saya Rendah, Apakah Saya Bodoh?
Tidak ada manusia didunia yang diciptakan dengan kebodohan. Itu tergantung dari manusianya sendiri. Jika dia malas, maka selamanya dia akan berkutat di kelamnya kebodohan, karena sifat malas adalah salah satu yang akan menghancurkan hidupmu. Sebaliknya, jika anda ingin berusaha, pasti hasilnya akan bagus, karena hasil tidak akan mengkhianati usaha.

7. Apakah IPK Berpengaruh Terhadap Masa Depan Saya?
Semuanya tergantung mau jadi apa kamu kelak? Apakah menjadi karyawan, tentu saja kamu harus mempunyai IPK tinggi supaya bisa mengikuti rekruitmen. Tapi jika kamu ingin menjadi pengusaha, yang lebih kamu perlukan adalah sebuah inovasi yang maju dan mempunyai mental baja.

8. Benarkah Perusahaan Suka Karyawan Ber-IPK Tinggi?
Biasanya tiap-tiap perusahaan membuat syarat-syarat ketat saat rekruitmen. Standarnya, perusahaan hanya mengizinkan sarjana dengan IPK 2,75 keatas untuk ikut seleksi. Menurut saya, sikap perusahaan tersebut yang menginginkan IPK tinggi dari pegawainya yaitu mereka bukan mencari karyawan yang cerdas, melainkan hanya mencari karyawan yang tidak pemalas. Sebab IPK tinggi tidak bisa didaptkan oleh mahasiswa yang pemalas.

9. Apakah IPK Membantu Kita Memperoleh Jodoh Idaman?
Menurut saya tidak selamanya kecerdasan dapat dengan mudah mendapat jodoh idaman. Karena cewek amat tidak suka dengan cowok yang sok pintar. Lebih banyak cewek justru menyukai cowok yang bisa membuatnya nyaman. Kalo gak percaya liat aja disekolah, siswa yang dikelasnya sok pintar membuat dia dijauhi temannya, apalagi cewek. Tapi kalo dengan cowok yang pandai bergaul, dapat dengan mudah mendapatkan pacar. Dunia memang selucu itu.

10. Apakah Calon Mertua Menanyakan IPK Saat Lamaran?
Tentu saja iya jika mertua kamu merupakan salah satu dosen di universitas. Tetapi beda halnya jika mertua kamu merupakan seorang Dai, yang ada mereka akan menanyakan "Kamu udah hatam Al-Qur'an belum?" Wkwkwk mampus lo..

11. Berapakah Minimal IPK Untuk Menjadi Orang Sukses?
IPK Joko Widodo saat kuliah di Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada hanya 3.05 tapi dia menjadi presiden negara terbesar ke 4 didunia. So, semuanya juga karena faktor keberuntungan.

12. Kapan Kampus Akan Berhenti Memproduksi IPK?
Sesegera mungkin. Karena tidak lama lagi orang tidak percaya lagi dengan penilaian kuantitatif. Masyarakat ingin penilaian akademik yang lebih otentik. Saat itulah kampus-kampus akan berhenti memproduksi IPK.


Masih menganggap IPK adalah segalanya? renungkan kembali sahabat laras. Karena semuanya bergantung kepada diri kita. Cukup sekian & terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Total Pageviews